Sabtu, 18 Februari 2012

-KATA-KATA HIKMAH

 1. Rahmat dan bantuan Allâh senantiasa dekat kepada orang-orang yang senantiasa berbuat suatu kebaikan. ( Ayat Al-Qur’an ). 2. Allâh senantiasa memberikan bantuan kepada hamba-Nya selagi sihamba itu memberikan bantuan kepada saudaranya. ( Hadits Nabawi ). 3. Orang yang paling dicintai Allâh adalah orang yang paling bermanfaat bagi ummat manusia. ( Hadits Nabawi ). 4. Saling bantu-membantu untuk mencapai suatu kebaikan adalah suatu rahmat, adapun suatu perpecahan dan permusuhan adalah suatu ‘azâb. ( Hadits Nabawi ). 5. Berlomba-lombalah kamu untuk mencapai kebaikan. ( Ayat Al-Qur’an ). 6. Suatu nasehat dan suatu petunjuk yang benar adalah sesuatu yang paling murah karena kedua hal itu bisa diperoleh seseorang tanpa dengan meminta dan keduanya juga adalah sesuatu yang paling mahal karena dengan keduanya seseorang bisa mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya di dunia dan bisa mencapai surga firdaus sesudah kematiannya, oleh karena itulah semua yang diajarkan dalam Agama adalah berupa petunjuk dan nasehat. ( Kata-kata seorang ‘Arif ). 7. Sesuatu yang sedikit tapi dia bermanfaat adalah lebih baik daripada yang banyak tapi tersia-sia. ( Kata-kata seorang ‘Arif ). 8. Janganlah merasa malu untuk berbuat suatu kebaikan dikarenakan sedikitnya yang bisa dilakukan, karena tidak berbuat adalah lebih sedikit. ( Kata-kata seorang ‘Arif ). 9. Walaupun segala kekayaan yang ada di bumi ini engkau belanjakan untuk mempersatukan hati ummat manusia, tetap saja engkau takkan dapat mempersatukan hati mereka, namun hanya Allah-lah yang dapat mempersatukannya. ( Ayat Al-Qur’an ). 10. Do’a adalah ibarat otak bagi suatu peribadatan dan do’a juga adalah suatu senjata terampuh bagi seorang mukmin. ( Hadits Nabawi ). 11. Tidak ada suatu ‘amal yang mudah untuk dilakukan oleh seseorang melebihi dari kemudahan suatu ‘amal yang dilakukan hanya dengan pengucapan. ( Berdo’a). ( Kata-kata seorang ‘Arif ). 12. Hiduplah dengan cara yang engkau kehendaki, namun sadarilah bahwa engkau pasti akan mati, cintailah siapa saja yang engkau akan cintai, namun engkau pasti akan berpisah dengannya, berbuatlah sekehendak engkau akan berbuat, namun sadarilah bahwa engkau pasti akan memperoleh akibat dari apa yang engkau perbuat. ( Hadits Nabawi ). 13. Masa kehidupan di dunia ini adalah sangat singkat, maka pergunakanlah dia untuk memperoleh segala kebaikan. ( Kata-kata seorang ‘Arif ). 14. Agama Islam adalah suatu benteng keselamatan bagi ummat manusia adapun IMAN adalah suatu benteng keamanan baginya, adapun ISHLAH adalah suatu sumber untuk kesejahteraan hidupnya adapun IHSAN adalah suatu pakaian serta perhiasan yang terindah bagi dirinya sedangkan SYAHADAH adalah suatu taman surga baginya dan SHIDDIQIYAH adalah suatu sumber segala kekuatan baginya dan AL-QURBAH adalah martabat yang tertinggi bagi dirinya. ( Kata-kata seorang ‘Arif ). وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءُ : مَنْ إِعْتَصَمَ بِعَقْلِهِ زَلَّ، وَمَنْ إِسْتَغْنىَ بِمَالِهِ قَلًَّ، وَمَنْ عَزَّ ِبمَخْلُوْقٍ ذَلَّ. Barang siapa mengandalkan kemampuan akalnya maka dia akan tergelincir dan barang siapa merasa dia baru ak0an puas jika telah memiliki harta benda yang banyak, maka dia senantiasa dalam kekurangan dan barang siapa menjadikan kemuliaannya tergantung kepada sesama makhluk maka dia akan menjadi hina.

WASIAT IMAM ALI

WASIAT AN-NABI AL-MUSTOFA SHOLLA ALLAHU ALAIHI WA ALIHI WASALLAM KEPADA AMIRUL MU’MININ ALI BIN ABI THOLIB ALAIHI ASALAM Al-Imam Amirul Mu`minin Ali bin Abi Thalib Karromallaahu Wajhahu berkata: “Saya dipanggil oleh Rasul Allah Sholla Allahu Alaihi Wasallam, saya pun datang kepada Beliau memenuhi panggilan Beliau, lalu saya dibawa Beliau menyepi di suatu ruangan rumah Beliau. Setelah itu Beliau berkata kepada saya”: 1. Wahai Ali Kedudukanmu disisi Saya (dalam kenabian) adalah sama seperti kedudukan Nabi Harun disamping Nabi Musa Alaihima Assalam. Hanya saja tidak ada lagi kenabian sesudah Saya. Saya wasiatkan kepadamu hari ini dengan wasiat, jika engkau pelihara dengan baik, engkau akan hidup terpuji dan matimu dalam keadaan Syahid dan engkau dibangkitkan Allah Ta’ala pada hari kiamat seorang yang penuh pengertian dan berilmu pengetahuan. 2. Wahai Ali Barangsiapa memakan yang halal akan murni agamanya dan lembut hatinya, dan untuk do’a-do’anya tidak ada dinding yang menghambat terkabulnya. 3. Wahai Ali Barangsiapa memakan yang Syubhat (diragukan apakah makanan itu hukumnya halal atau haram), maka dia terhadap agama penuh kebimbangan dan hatinya menjadi gelap. Dan barangsiapa memakan yang haram, maka matilah hatinya dan rapuh sekali agamanya dan lemah keyakinannya dan Allah Ta’ala dindingi do’anya dan sedikit sekali peribadahannya. 4. Wahai Ali Jika Allah murka pada seseorang, diberinya rizki harta yang haram. Jika bertambah murkanya kepadanya, diwakilkan-Nya syaithan men¬dampinginya untuk memperbanyak hartanya dan menemaninya serta menyibukkannya dengan urusan–urusan dunyawiyahnya dari pada agamanya dan untuk memudahkan baginya keperluan dunyawiyahnya serta membisikinya bahwa Allah Pengampun dan Penyayang (sehingga dia akan senantiasa lupa diri). 5. Wahai Ali Jika seseorang pergi musafir untuk mencari yang haram dengan cara berjalan kaki, maka syaithanlah yang menemaninya. Dan jika dia dengan cara berkendaraan, maka dia (Syaithan) menjadi pengiringnya. Jika seseorang melupakan nama Allah Ta’ala pada saat ia menyetubuhi isterinya maka syaithanpun turut menyertainya dan andil pada anaknya (yang lahir akibat persetubuhan itu karena benihnya bercampur dengan benih Syaithan. Penulis). Demikian itulah yang dimaksud dalam Firman Allah Ta’ala kepada Syaithan, “Bersahamlah (kongsi) dengan mereka (anak–anak Adam) pada harta–harta dan anak-anak mereka dan buailah mereka dengan janji-janji (harapan-harapan untuk melenakan mereka. Penulis)”. 6. Wahai Ali Allah Ta’ala tidak mau menerima sholat tanpa wudhu’, demikian juga sedekah dari barang yang haram. 7. Wahai Ali Keadaan seorang mukmin itu senantiasa bertambah/meningkat dalam agamanya selagi dia tidak memakan yang haram. Dan barangsiapa menjauhi ulama’, maka hatinya akan menjadi mati dan buta terhadap taat kepada Allah Ta’ala.(Karena manusia tempat kesalahan dan kelupaan dan rongrongan syaithan serta gejolak hawa nafsu, maka untuk mengantisipasi serta menangkal hal-hal tersebut Allah Ta’ala telah menyuruh manusia untuk saling mengingatkan dalam firman-Nya: Wadzakkir Finnazzikra Tanpa’ul Mukminin. “Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat untuk kaum mukminin”. Dan jalan untuk itu adalah dengan cara mendekati para ulama’, sehingga senantiasa dalam sadar, terbimbing dan bertambah ilmu pengetahuan, dan dapat menanyakan hal-hal yang tidak atau belum diketahuinya atau diragukannya. Penulis). 8. Wahai Ali Barangsiapa membaca Al-Qur’an namun dia tidak menghalalkan yang yang dinyatakannya halal dan tidak mengharamkan (meninggalkan) apa yang dinyatakan (Al-Qur’an) haram, maka dialah dari jumlah orang-orang yang menempatkan Kitab Allah di belakang punggungnya. (Dalam suatu hadist yang artinya: “Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an imamnya, maka Al-Qur’an akan membimbingnya ke syurga dan barangsiapa menjadikan Al-Qur’an dibelakangnya, maka Al-Qur’an akan mendorongnya ke neraka. Menjadikan imamnya yaitu dijadikannya sebagai pedoman serta mengikuti petunjuk-petunjuknya, mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya serta mendalami makna-makna yang tersirat dan maknawiyah didalamnya, mentadabburinya sehingga dia dapat memetik hikmah-hikmahnya dan memanfaatkan Tasarrut ayat-ayatnya untuk keperluan hidupnya. Memahami Amshal yang Allah Ta’ala berikan sehingga dia memahami dan melihat kebesaran-kebesaran Allah dan ni’mat-ni’mat yang dilimpahkannya. Dan merasakan kasih sayangnya sehingga dia mensyukurinya dan merasa memiliki tempat bersandar, tempat mengadu, tempat meninta, tempat bergantung sehingga dia merasa aman tenteram penuh kebahagiaan. Dan merasa dimiliki (timbal balik) oleh penciptanya dan mengerti apa dan siapa, untuk apa dirinya dan keberadaannya serta kemana ia akan kembali. Adapun menjadikannya dibelakangnya yaitu mengabaikan semua hal tersebut. Pen.). 9. Wahai Ali Sempurnakanlah pemerataan air jika berwudhu’, sesungguhnya itu sebagian dari iman. Jika engkau berwudhu’ janganlah berlebihan dalam menggunakan air. Dan jika engkau telah selesai berwudhu’ sesudah mencuci kedua kaki bacalah surah Innaa Anzalnaahu Fii Lailatil Qadr sebanyak sepuluh kali, Allah akan lepaskan segala kesulitanmu. 10. Wahai Ali Jika engkau telah selesai berwudhu’ maka ambillah lagi air dan usapkan di kudukmu dengan kedua belah telapak tanganmu, setelah itu ucapkan: Subhanakallah Humma Wabihamdika (Maha suci Engkau Ya Allah dengan segala Tahmid-Mu). Asyhaduanlailaha illa Anta (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali hanya Engkau) Wahdaka lasyarikalaka (Sendiri tidak ada sekutu bagi-Mu) Astaghfiruka wa atuwbu ilaika (Aku minta pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu). Lihat ke bumi dan ucapkan: Asyhadu anna Muhammadan (Aku bersaksi bahwa Muhammad ) ‘Abduka wa Rasuluka (Adalah hamba-Mu dan utusan-Mu). Sesungguhnya barangsiapa yang mengucapkan ini, Allah akan ampunkan segala dosanya yang kecil maupun yang besar. 11. Wahai Ali Sesungguhnya para Malaikat memintakan ampunan pada Allah untuk manusia selagi dia dalam keadaan suci selama dia belum berhadas. 12. Wahai Ali Barangsiapa mandi pada hari Jum’at (Sengaja mandi dengan tujuan menghormati dan memuliakan hari Jum`at, yang dikenal dengan mandi sunnah Jum`at. Penulis), Allah beri dia pengampunan sampai Jum’at berikutnya dan Allah jadikan (mandinya itu) pahala baginya di kuburnya dan Allah jadikan sebagai pemberat timbangan amal baiknya. 13. Wahai Ali Wajibkanlah dirimu memakai siwak, padanya ada dua puluh empat faedah dalam agama dan kesehatan badan. (Bersiwak adalah menggosok gigi dan gusi dengan kayu khusus yaitu kayu Arak. Kayu ini menurut penyelidikan yang terbaru, diketahui mengandung zat untuk menguatkan gigi, menghilangkan bau mulut dan lendir-lendir dan membeningkan warna gigi melebihi segala jenis pasta gigi. Pen.). 14. Wahai Ali Wajibkanlah atas dirimu melaksanakan sholat tepat pada waktu-waktunya karena ia pokok utama segala ibadah. 15. Wahai Ali Jibril mendambakan dirinya untuk menjadi anak Adam (manusia) dikarenakan tujuh faktor: 1. Sholat lima waktu dengan Imam. 2. Bergaul dengan para Ulama’. 3. Membesuk orang-orang sakit. 4. Mengiringi jenazah. 5. Memberi minum sesama. 6. Mendamaikan antara dua orang. 7. Menghormati tetangga dan anak yatim. Maka bersungguh-sungguhlah engkau untuk hal-hal demikian. 16. Wahai Ali Lakukanlah sholat pada malam hari walau seperti lamanya orang memerah susu kambing (sebentar). Pengamal Sholat malam adalah orang yang sangat baik mukanya (bermuka sejuk). 17. Wahai Ali Jika engkau mengangkat takbir maka renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua tanganmu sebatas pundakmu, jika engkau telah bertakbir letakkan tangan kananmu diatas tangan kirimu dibawah pusarmu dan jika engkau ruku’ letakkanlah kedua tangan diatas lututmu dan renggangkanlah jarimu. 18. Wahai Ali Lakukanlah Sholat Shubuh pada saat cuaca sudah mulai meremang terang (kira-kira bila dua orang berpapasan di jalan satu sama lain dapat saling mengenal. Penulis) dan lakukanlah Sholat Maghrib setelah bola matahari menghilang dari pandangan mata secara singkat kira–kira seperti lamanya seseorang memerah susu kambing, karena demikian itu dari cara para Nabi Alaihimu Assalam. 19. Wahai Ali Wajibkanlah atas dirimu melaksanakan sholat berjamaah, karena dia disisi Allah seperti jalanmu menuju Haji dan Umrah, tidaklah memperhatikan sholat berjamaah kecuali seorang mukmin yang telah disukai Allah dan tidak pula mengabaikannya kecuali orang munafik yang dibenci Allah. 20. Wahai Ali Hamba yang paling disukai Allah adalah Hamba yang bersujud kepada Allah dan diucapkannya dalam sujudnya itu : Robbi Inniy Zholamtu Nafsiy (Tuhanku aku telah menganiaya diriku ) Faghfir li zanbiy (Maka ampunkanlah dosaku ) Fainnahu la yaghfiruzzunuba illa anta (Maka sesungguhnnya tidak ada yang mengampunkan dosa kecuali Engkau ) 21. Wahai Ali Wajibkanlah atas dirimu melaksanakan Sholat Dhuha baik di perjalanan maupun bermukim di tempat. Sesungguhnya pada hari kiamat memanggil satu pemanggil dari atas pinggiran Syurga, “Mana orang–orang yang dahulunya melaksanakan Sholat Dhuha masuklah ke Syurga melalui pintu Dhuha dengan aman tenteram”. Dan setiap Nabi yang dibangkitkan Allah dia mendapat perintah melaksanakan Sholat Dhuha. 22. Wahai Ali Termasuk bagian dari kemuliaan seorang mukmin, isteri yang sepakat dengannya sholat berjamaah dan tetangga yang menyenanginya. Beliau Alaihissholaatu Wassalam bersabda : “Siapa berpuasa di bulan Ramadhan dan menghindari yang haram dan dosa, dia diridhoi oleh Allah yang Maha Rohman dan dipastikan baginya syurga. 23. Wahai Ali Barangsiapa menyertakan berpuasa di bulan Ramadhan dengan enam hari di bulan Syawal, Allah beri ia nilai berpuasa selama masa kesemuanya 24. Wahai Ali Sebenarnya para Aulia’ Allah Ta’ala, mereka itu mendapatkan keluasan Rahmat Allah dan keridhoannya bukan dengan banyak beribadah melainkan dengan keluhuran jiwa dan menyepelekan dunia. 25. Wahai Ali Orang yang berjiwa luhur berada dekat disisi Allah, dekat kepada rahmat-Nya, jauh dari siksa-Nya. Dan yang kikir jauh dari rahmat-Nya dekat dengan siksa-Nya. 26. Wahai Ali Kulihat tertulis di pintu syurga, Engkau (Hai Syurga) diharamkan atasmu tiap-tiap orang kikir dan durhaka dan yang suka mengumpat. 27. Wahai Ali Setelah syurga diciptakan Allah, syurga berkata, Hai Tuhan untuk apa aku diciptakan ?. Allah berkata untuk orang yang berjiwa luhur dan bertaqwa. Syurga pun berkata, Aku ridho. Dan berkata api neraka, untuk apa aku diciptakan ?. Allah berkata, untuk semua orang yang kikir dan sombong. Neraka pun berkata, akulah untuk kedua-duanya. 28. Wahai Ali Barangsiapa tidak mematuhi hawa nafsunya, maka syurgalah tempatnya dan barangsiapa menuruti hawa nafsunya maka neraka jahannamlah tempatnya. 29. Wahai Ali Waspadalah terhadap do’anya orang yang berjiwa luhur. Karena jika dia terjatuh, Allah segera mengangkatnya kembali dengan tangannya (menolongnya). 30. Wahai Ali Barangsiapa memberi makan seorang muslim dengan perasaan gembira, Allah catatkan untuknya sejuta kebaikan dan hapus darinya sejuta kejahatan dan mengangkatnya seribu derajat (Kemuliaan. Pen.). 31. Wahai Ali Senangilah untuk saudaramu seperti engkau menyenangi untuk dirimu. 32. Wahai Ali Mintalah kebaikan pada yang bermuka cerah. Dan muliakanlah tetamu sesungguhnya jika dia turun (bertamu) pada suatu kaum, turun pula bersamanya rizki kaum itu. Dan jika dia pergi dibawakannya dosa-dosa ahli rumah itu dan dibuangnya ke laut. 33. Wahai Ali Malaikat tidak mau memasuki setiap rumah yang didalamnya ada gambar-gambar atau patung-patung atau anak yang mendurhakai kedua orang tuanya. 34. Wahai Ali Berbuat baiklah walau terhadap Assafalah. Saya tanyakan, “Apa itu Assafalah wahai Rasul Allah ?”. Jawab beliau, “Yang jika diperingatkan dia tidak mau sadar, jika dicegah dia tidak mau berubah dan dia tidak peduli dengan apa yang diucapkannya atau apa yang dikatakan kepadanya”. 35. Wahai Ali Sedekah yang disembunyikan, meredakan kemurkaan Tuhan dan mendatangkan keberkatan dan rizki yang banyak dan percepatlah waktu bersedekah karena bala’ turun sebelum pagi sehingga dia menolak qadha’ di udara. 36. Wahai Ali Jika engaku bersedekah, maka bersedekahlah dengan yang terbaik yang ada padamu. Sesungguhnya bersedekah sesuap dari yang halal lebih disukai Allah daripada bersedekah dengan seratus Misgal dari yang haram. Bersedekah yang kau lakukan semasa hidupmu lebih dari seratus misgal yang disedekahkan oleh ahli warismu sesudah matimu. (Harta peninggalanmu seyogyanya menjadi milik ahli waris jika ada ahli waris, namun mereka merelakan dan menyedekahkan harta itu atas namamu. Pen.). (Dan Misgal dikenal sebagai suatu takaran, biasanya satu dirham atau setengahnya. Pen.). Firman Allah Ta’ala: Hari seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya semasa hidupnya. 37. Wahai Ali Bersedekah kepada orang-orangmu yang sudah meninggal dunia. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewakilkan malaikat untuk membawa sedekah orang-orang hidup, mengantarkannya kepada mereka, senangnya mereka menerima itu, melebihi kesenangan mereka seandainya pemberian itu mereka terima dimasa hidup mereka dan mereka mengucapkan: Allaahumma ighfir liman nawwara gabrana wa bassyirhu bil jannati kama basysyarana biha. (Ya Allah, berikan ampunanmu untuk siapa yang telah menerangi kubur kami dan gembirakan dia dengan syurga seperti mereka menggembirakan dengannya). 38. Wahai Ali Beramallah secara murni semata-mata karena Allah. Sesungguhnya Allah tidak menerima kecuali dari siapa yang murni demi dia. Firman Allah Ta’ala: “Siapa mengharap maka berbuat baiklah dan tidak disertakannya tujuan perbuatannya karena seseorang”. 39. Wahai Ali Wajibkanlah dirimu berdo’a pada saat antara adzan dan iqomah karena dia tidak ditolak. 40. Wahai Ali Jika engkau berdo’a bentangkanlah tanganmu sebatas dadamu dan jangan engkau angkat melewati kepalamu dan mengisyarat kepada Allah dengan telunjukmu. 41. Wahai Ali Jangan engkau membaca Al-Qur’an atau berdo’a dengan suara yang keras selagi ada orang yang sedang sholat didekatmu karena hal itu mengganggu dan merusak sholat mereka. 42. Wahai Ali Barangsiapa mengingat Allah (berdzikir) sebelum fajar dan sebelum matahari meninggi dan sebelum terbenamnya. Allah malu untuk mengazabnya dengan api. 43. Wahai Ali Jika engkau telah sholat tetaplah duduk ditempatmu sehingga matahari meninggi. Sesungguhnya Allah mencatatkan bagi yang tetap duduk di tempat sholatnya, pahala menunaikan ibadah haji dan umrah atau memerdekakan seorang sahaya, atau bersedekah sebanyak seribu dinar di jalan Allah. 44. Wahai Ali Barangsiapa mengucapkan setiap hari dua puluh lima kali: Astaghfirullaahal ‘Azhiima lii wa Liwa lidaiyya wa li jamiil muslimin wal muslimat wa mu`miniina wal mu`minaat al ahyaa`i minhum wal amwat. (Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung untukku, untuk orang tuaku dan untuk segenap kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat yang hidup dan yang sudah meninggal). Allah jadikan dia dari golongan para aulianya. 45. Wahai Ali Barangsiapa mengucapkan setiap hari sepuluh kali: Lailahaillallah Qobla kulli Ahad (Tiada Tuhan selain Allah sebelum semua orang). Lailahaillallah Ba`da kulli Ajad (Tiada Tuhan selain Allah sesudah semua orang). Lailahaillallah Yabqo Robbuna wa yafna Kulli Ahad (Tiada Tuhan selain Allah, tetap kekal Tuhan kami dan akan tiada setiap orang). Tidak tertinggal satu malaikatpun di semua langit semuanya memintakan ampunan kepada Allah untuknya 46. Wahai Ali Barangsiapa mengucapkan tiap hari: Allahumma Barikliy Fil Maut Wa Fiyma Ba’dal Maut (Ya Allah berkati saya pada kematian dan pada apa sesudah kematian). Maka Allah tidak akan memperhitungkan segala perbuatannya di dunia. Dan dia bertakbir seratus kali sebelum matahari terbit dan seratus kali sebelum terbenamnya Allah beri dia pahala seratus ‘Abid (Ahli Ibadah) dan seratus orang pejuang di jalan Allah Ta’ala. Dan memperbanyak beristighfar adalah benteng terhadap api neraka bagi orang-orang yang bertaubat 47. Wahai Ali Berlakulah jujur walaupun hal itu membahayakanmu di masa dekat, namun akan bermanfaat bagimu di kemudian hari. Dan janganlah berdusta walaupun hal itu menguntungkanmu dalam masa dekat, namun akan membahayakanmu di kemudian hari. 48. Wahai Ali Siapa yang banyak dosa-dosanya hilanglah kemuliaannya. 49. Wahai Ali Wajibkanlah dirimu untuk jujur dalam berkata dan menjaga perkataan dan menjaga amanat dan keluhuran jiwa dan ringan perut (sederhana dalam makanan). 50. Wahai Ali Teman yang paling jelek adalah berlaku sungkan terhadap temannya dan membeberkan rahasia temannya. 51. Wahai Ali Seribu teman masih sedikit satu musuh sudah banyak. 52. Wahai Ali Untuk ikatan persahabatan ada tanda-tanda, dia lebih mengutamakan kepentingannya dan dirimu lebih dari dirinya, milikmu lebih dihargainya dari miliknya. 53. Wahai Ali Tidak ada artinya taubat bagi seorang yang bertaubat, sehingga dia betul-betul membersihkan perutnya dari yang haram dengan pencarian yang baik. 54. Wahai Ali Jika seorang ‘alim tidak bertaqwa, akan tak berbekas Mau’izhohnya (ajaran-ajarannya) dari hati-hati manusia. Seperti air menetes diatas telur burung onta dan di Bukit Shofa (tidak bisa menetap). 55. Wahai Ali Jika berlalu empat puluh hari atas diri seorang mukmin tanpa berkumpul dengan ulama’, maka hatinya akan gelap dan terperosok ke dalam dosa-dosa besar, karena Ilmulah kehidupan hati. 56. Wahai Ali Allah tak akan malu-malu menyiksa orang kaya yang mencuri dan orang ‘alim yang fasik. 57. Wahai Ali Janganlah engkau mencela seseorang mengenai apa–apa yang yang ada pada dirinya, karena tiap-tiap daging pasti ada tulangnya dan tidak ada tebusan dosa mengumpati orang terkecuali meminta maafnya atau dia beristighfar untuk orang itu. 58. Wahai Ali Yang paling mulia diciptakan Allah pada manusia adalah lidah, dia memasuk syurga dan memasukkan neraka maka penjarakanlah dia, karena dia anjing yang menyalak. 59. Wahai Ali Janganlah melaknat seorang muslim ataupun binatang, maka laknat itu akan kembali atas dirimu. 60. Wahai Ali Agama itu semua terletak pada perasaan malu, yaitu agar engkau memelihara kepala dan apa yang dikandungnya dan perut apa yang ditampungnya. 61. Wahai Ali Tidak ada agama bagi siapa yang tidak mempunyai rasa takut. Dan tidak ada akal bagi siapa yang tidak memiliki pegangan hidup bagi dirinya. Dan tidak beriman bagi siapa yang tidak berhati-hati dalam sikapnya. Tidak bernilai ibadahnya bagi siapa yang tidak ada pengetahuan baginya. Tidak berperikemanusiaan bagi yang tidak ada rasa persahabatan baginya. Tidak ada keamanan bagi siapa yang tidak ada rahasia baginya. Tidak ada taubat bagi siapa yang tidak ada taufiq baginya. Tidak ada keluhuran jiwa bagi siapa yang tidak ada perasaan malu baginya. (Hidayah adalah kemauan berbuat baik. Taufiq adalah kekuatan untuk melakukannya. Penulis). 62. Wahai Ali Barangsiapa tidak berwaspada terhadap maksiat, maka perut bumi lebih baik untuknya daripada mukanya. Karena tidak ada iman di hatinya. 63. Wahai Ali Pangkal kewaspadaan adalah meninggalkan yang haram dan apa yang diharamkan Allah, dan pangkal kemuliaan adalah terletak pada meninggalkan maksiat. 64. Wahai Ali Dengan berakhlak yang baik seseorang dapat mencapai derajat seorang berpuasa yang senantiasa bangun malam dan beribadah sambil berjuang dalam peperangan di jalan Allah Ta’ala. 65. Wahai Ali Jadilah seorang yang suka bersenyum, sungguh Allah menyukai orang yang suka bersenyum dan membenci orang yang suka cemberut dan bermuka masam. 66. Wahai Ali Kepala bagi peribadatan adalah diam, kecuali dari dzikrullah. 67. Wahai Ali Terlalu banyak tidur mengakibatkan kematian hati dan menghilangkan keindahan paras, dan terlalu banyak dosa mematikan hati dan mewariskan penyesalan. 68. Wahai Ali Siapa yang dikaruniai Allah dengan nikmat dan dia bersyukur, dan jika dicoba-Nya dengan bala’ dia bersabar dan jika berbuat kesalahan dia meminta ampun. Dia masuk surga dari pintu manapun yang diinginkannya. 69. Wahai Ali Janganlah engkau berlega-lega, karena Allah tidak menyukai orang yang hanya berlega-lega. Biasakan dirimu bersedih, sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang bersedih (tidak lupa diri). 70. Wahai Ali Setiap terjadi pergantian hari, melainkan hari yang baru berkata, “Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru dan atas segala perbuatanmu aku menjadi saksi. Maka perhatikanlah apa yang kau perbuat”. 71. Wahai Ali Berhati-hatilah engkau jangan tergolong Ulyatul Maut. Mereka yang tidak mengingat kecuali dunia mereka saja. Maka Ali berkata, dan bagaimana mereka itu wahai Nabi Allah?. Dijawab oleh beliau, orang-orang kaya dan pemilik-pemilik dunia, yang engkau lihat mereka itu berusaha keras mengumpulkannya (sibuk menambah kekayaan walaupun dia sudah kaya) seperti seorang ibu memperhatikan anaknya. Dan mereka itulah orang-orang yang rugi di esok hari. 72. Wahai Ali Sebaik-baik manusia disisi Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Dan yang paling jahat disisi Allah Ta’ala adalah siapa yang panjang usianya dan jahat perbuatannya. Dan sebaik-baik mereka yang panjang usianya dan bagus perbuatannya. Dan yang paling dibenci Allah ialah siapa yang makan sendirian dan tidak memberi orang-orang dekat dengannya. Dan memukuli budaknya, dia hanya memuliakan orang-orang kaya dan menghinakan orang fakir. Dan yang lebih jahat darinya, siapa yang hidup dari yang haram dan mati pada yang haram. Dan lebih jahat dari itu adalah siapa yang panjang usianya dan jahat perbuatannya. Dan dia tidak bertaubat dari apa-apa yang dilarang Allah Ta’ala darinya dan dia mendambakan pengampunan untuk dirinya. Yang lebih jahat dari itu siapa menampakkan persahabatan kepada temannya muslim sedangkan merencakan hal sebaliknya untuk temannya itu. Yang lebih jahat dari itu siapa yang menghabiskan masa mudanya dalam kelupaan diri dan masa tua nya dalam kemalasan beribadah kepada Allah Ta’ala. Bersabda Rasul Allah Shallallaahu ‘Alaihi wa Aalihi Wasallam: “Tanda-tanda kesabaran adalah baiknya amal/perilaku disisi Allah tatkala dia sendirian dan baik pula pengabdiannya kepada Allah”. 73. Wahai Ali Pada diri seorang mukmin ada tiga ciri-ciri:  Dia benci harta.  Benci wanita.  Dan benci pembicaraan perihal kekurangan orang lain. 74. Wahai Ali Pada seorang yang berakal ada tiga ciri-ciri:  Dia memanfaatkan dunia untuk kepentingan akhirat.  Tahan menyendiri.  Dan sabar atas kesulitan-kesulitan. Dan ciri-ciri seorang yang ‘alim ada tiga:  Dia jujur dalam berkata-kata.  Dia menjauhi yang haram.  Dan dia rendah hati. Dan ciri-ciri seorang yang bertaqwa ada tiga:  Dia bermawas diri terhadap bohong.  Dan keburukan teman-teman jahat  Dan meninggalkan sebagian yang halal karena takut terperosok kepada yang haram. 75. Wahai Ali Ciri-ciri seorang yang bersungguh-sungguh ada tiga:  Dia menyembunyikan peribadahannya.  Dia menyembunyikan sedekahnya.  Dia menyembunyikan maksiatnya. 76. Wahai Ali Ciri-ciri seorang yang ‘Abid (Ahli Ibadah) ada tiga:  Dia keras terhadap dirinya.  Dan dia mengontrolnya dengan ketat.  Dan dia lama berdiri dihadapan Allah (Ibadah). Dan ciri-ciri seorang yang sholeh ada tiga:  Dia memperbaiki hubungannya dengan Allah dengan banyak beribadah dan berbuat kebaikan.  Dan memperbaiki agamanya dengan beramal.  Dan dia meridhoi untuk orang lain apa-apa yang diridhoinya untuk dirinya sendiri. 77. Wahai Ali Ciri-ciri seorang yang bahagia/beruntung ada tiga:  Makanannya halal.  Dan dia sering mendekati ulama’.  Dan melaksanakan sholat lima waktu berjamaah. 78. Wahai Ali Pada diri seorang yang mukmin ada tiga ciri-ciri:  Mengutamakan kepatuhan kepada Allah.  Menghindari hal-hal yang terlarang.  Berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya (membalas kejahatan dengan kebaikan). 79. Wahai Ali Pada diri seseorang yang berjiwa luhur ada tiga ciri-ciri:  Memberi maaf sedangkan dia mempunyai kemampuan untuk membalas.  Mengeluarkan zakat.  Suka bersedekah. 80. Wahai Ali Pada diri seorang yang bijaksana ada tiga ciri-ciri:  Dia tetap menghubungi orang yang memboikotnya.  Dan memberi orang yang memutuskan hajatnya.  Dan memaafkan orang yang menzhaliminya. 81. Wahai Ali Pada seorang penyabar ada tiga ciri-ciri:  Sabar atas ketaatan kepada Allah Ta’ala.  Sabar atas ujian/musibah yang menimpa dirinya.  Sabar atas segala apa yang ditentukan Allah atas dirinya. 82. Wahai Ali Pada diri seseorang yang bertaubat ada tiga ciri-ciri:  Menjauhi yang haram.  Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.  Dan dia tidak kembali melakukan dosa seperti air susu tidak akan kembali kedalam tetek (buah dada). 83. Wahai Ali Pada diri seorang yang kafir ada tiga ciri-ciri:  Ragu-ragu terhadap Allah.  Membenci hamba-hamba Allah.  Melengahkan taat kepada Allah. 84. Wahai Ali Pada diri seorang munafik ada tiga ciri-ciri:  Jika dia berbicara dia berbohong.  Jika dia berjanji dia mungkir.  Jika dia dipercaya dia berkhianat dan dia tidak mempan diberi peringatan. 85. Wahai Ali Pada diri seorang yang riya’ (minta dipuji) ada tiga ciri-ciri:  Dia menyempurnakan ruku’ dan sujudnya jika berada ditengah orang banyak dan ada yang melihatnya. Apabila dia sholat sendirian tidak disempurnakannya.  Dia bersemangat jika dipuji.  Dia berdzikir baik ditempat sunyi ataupun ramai agar disebut orang Ahli Ibadah. 86. Wahai Ali Pada diri seorang yang keras kepala ada tiga ciri:  Dia meremehkan kewajiban-kewajibannya kepada Allah.  Dan banyak berbicara saat berdzikir.  Dan berprasangka buruk kepada Allah. 87. Wahai Ali Pada diri seorang yang hina ada tiga ciri-ciri:  Banyak berbohong.  Banyak menyumpah jahat.  Banyak kebutuhan kepada orang lain. 88. Wahai Ali Pada diri orang Syaqiyyi (lawan Sa’id)/Tidak beruntung (Merugikan diri sendiri) ada tiga ciri-ciri:  Makanan yang haram.  Menjauhi orang-orang yang ‘alim.  Sholat sendirian. 89. Wahai Ali Pada diri seorang penjahat ada tiga ciri-ciri:  Menyukai kerusakan.  Menganggu orang lain.  Menjauhi bimbingan. 90. Wahai Ali Pada diri seorang yang zhalim ada tiga ciri-ciri:  Dia tidak peduli darimana dan apa yang dimakannya.  Menjengkelkan orang yang menghutanginya.  Menyakitinya jika mungkin. 91. Wahai Ali Jika engkau masuk ke masjid mulailah dengan kakimu yang kanan dan naiklah dengan kaki kirimu. 92. Wahai Ali Wajibkanlah dirimu membaca Surah Yaasin di waktu pagi dan petang, sesungguhnya siapa membacanya secara demikian maka dia berada dalam keamanan dan lindungan Allah. 93. Wahai Ali Barangsiapa membaca Surah Al-Hasyr tiap-tiap malam maka dia terhindar dari kejahatan dunia dan akhirat. 94. Wahai Ali Siapa membaca Surah Al-Baqoroh di malam Jum’at maka memancar cahaya memenuhi antara langit ke tujuh sampai ke bawah lapisan bumi. Dan barangsiapa membaca Surah Ad-Dukhon dan Surah Al-Mulk pada malam Jum’at, Allah ampunkan segala dosanya dan Allah selamatkan dia dari kesulitan-kesulitan dalam kubur. Dan barangsiapa membaca di tempat tidurnya pada saat menjelang tidur akhir ayat Surah Al-Kahfi, Allah ciptakan suatu bangunan untuknya dari cahaya mulai dari kepala sampai ke ujung kakinya. Dan barangsiapa membaca Surah At-Thoriq pada saat menjelang tidurnya, Allah catatkan hasanat (amal kebaikan) baginya sebanyak bilangan bintang-bintang di langit. 95. Wahai Ali Barangsiapa membaca Surah Al-Mulk, kemudian sesudahnya ia mengucapkan: Allahumma ‘Shimniy bil Islam Qo iman wa A’shimni bil Islam Qo iman wa Raaqidan walaa Tusymit fiyya ‘Aduwwaw Walaa Haasidan. Allaahumma Inniy A’udzubika min Syarri kulli Daabbatin Anta Aakhidzum Binashiatiha. Wa As Alukal Khoirol Ladzii Biyadika. Maka Allah akan mencukupi segala yang ditakutinya dari gangguan jin, syaithan dan binatang buas. 96. Wahai Ali Jika engkau mempunyai suatu hajat maka untuk itu bacalah Ayat Kursi, lalu berdo’alah kepada Allah pada setiap kesusahan, kerisauan dan keperluan, ucapkan: Ya Hayyu Ya Qoyyum Laa Ilaaha Illa Anta Birohmatika Astaghiitsu Fagh Firliy wa Ashlih lii Sya’nii wa Farrij Hammi. Maka sesungguhnya Allah kan melepaskanmu dari segala kesusahan, kerisauan dan memenuhi segala hajatmu. 97. Wahai Ali Jika ada sesuatu yang engkau risaukan ataupun suatu urusan yang engkau cemaskan, maka ucapkan: Subhanaka Robbi Laa Ilaaha Illa Anta ‘Alaika Tawakkaltu Anta Robbul ‘Arsyil Azhiim. 98. Wahai Ali Perbanyaklah berdo’a dengan do’a yang aku diajarkan oleh Jibril Alaihi Salam yaitu yang memberi kemantapan di dalam agama, dunia dan akhirat. 99. Wahai Ali Jika tampak olehmu bulan sabit, maka ucapkan Laa Ilaaha Illallaah 3x. Allahu Akbar 3x dan ucapkan pula setelah itu: Allaahu Akbar wa A’Azzu wa Aqdaru Mimmaa Akhoofu wa Ahdzaru. 100. Wahai Ali Jika engkau bertemu dengan orang yang engkau waspadai, engkau ucapkan: Allaahumma Inni Adrou bika fi Nahrihi wa Astakfiika Ghodhobahu wa A’audzubika min Syarrihi. 101. Wahai Ali Dahuluilah siapa yang engkau jumpai dari kaum muslimin dengan memberi salam kepadanya. Allah tuliskan untukmu 20 amal kebaikan, dan jawablah salam orang yang memberimu salam, maka Allah catatkan bagi siapa yang menjawab salam dengan salam sebanyak 40 kebaikan. 102. Wahai Ali Berwaspadalah dari amarah kemarahan karena sesungguhnya itu adalah dari syaithan dan dia akan dapat menguasaimu pada saat engkau marah dan berwaspadalah dari do’a-do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya Allah memenuhi do’anya walaupun dia seorang kafir dan urusan kekafirannya urusan dia sendiri. 103. Wahai Ali Jangan sekali-kali bersumpah jahat karena sesungguhnya dia menghancurkan harta, menguras rizki dan memendekkan umur. 104. Wahai Ali Barangsiapa mengajak atau menyuruh memerintahkan untuk suatu kebaikan dan dia mencegah atau melarang dari suatu kejahatan, maka Allah kecewakan dan hinakan musuh-musuhnya. Dan barangsiapa berbuat jujur dalam segala tindak tanduknya, Allah akan murka dengan kemurkaannya (Allah akan turut marah) kepada orang yang membangkitkan amarahnya. Jika seorang anak yatim menangis, Arsy pun akan ikut tergoncang dan diserukan kepada Jibril untuk memperbesar api neraka dan memperluas neraka bagi siapa yang menangiskannya dan memperluas surga bagi siapa yang membuatnya tertawa (menggembirakannya). 105. Wahai Ali Agama adalah ketulus-ikhlasan dan kemurnian, segala yang dilakukan semata-mata karena Allah, karena Rasul Allah dan karena kaum mukminin. 106. Wahai Ali Tujuh golongan dari ummatku di dalam surga:  Pemuda yang bertaubat.  Dan siapa yang bersedekah dengan bersembunyi.  Dan siapa yang melakukan Shalat Dhuha.  Dan siapa yang jika dia kehilangan sejumlah harta, hal itu lebih ringan atas dirinya daripada ketinggalan satu kali shalat bersama imam.  Dan siapa yang berlinangan air matanya karena takut kepada Allah.  Dan siapa yang selalu mendekati para Ulama pada majelis-mejelis mereka. 107. Wahai Ali Barangsiapa menuntun seorang yang buta dengan tangan kirinya akan datang kemudahan-kemudahan baginya dari sisi kanannya. 108. Wahai Ali Jika seorang manusia pada saat menjelang Sakaratul Maut (sekarat kematian), sesungguhnya semua sendi-sendi dan ruas-ruas tubuhnya memberi salam antara yang satu kepada yang lain dengan ucapan: Assalaamualaiki Faiinniy Muttu. (Selamat berpisah saat ini akau mati). Demikian juga tiap helai rambut yang putih kepada rambut hitam. 109. Wahai Ali Peliharalah wasiatku ini sebagaimana aku memeliharanya dari Jibril dan dia dari Allah yang Maha Suci nama-nama-Nya dan tiada tuhan selain Dia.

Rabu, 15 Februari 2012

MAGAM AL-BARJANJI





















PERINGKAT PERTAMA LOMBA PPSA DI PULAU RIMAU


AL – BARZANJI HISTORY (SEJARAH AL-BARZANJI)


Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.
Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.
Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.
Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.
Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.
Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.
Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.
Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.
Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.
Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.
Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)
Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”
Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.
Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.
Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.
Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.
Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.
Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.
Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.
Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam
Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.
Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.
Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
*) Diambil dari berbagai sumber